Kata orang, kalau misalkan kita pengen menekuni sesuatu...paling nggak ada sesuatu dari hal yang akan kita tekuni itu menarik perhatian atau minat kita....Nah, faktor guru itulah yang mungkin termasuk dominan. <----(biasa neh, gaya-gaya anak sekolah an jaman orde baru, tapi kan sopan ya....)
Entah berapa persen penduduk di negeri ini yang mampu menguasai pakem EYD dan menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-harinya.
Padahal, mau nggak mau, kemampuan dan aplikasi itu penting sekali ketika yang ditekuni adalah ranah serius...
Misalnya nih, ketika seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang menghadapi ujian skripsi, sedikit banyak, entah berapa persen persisnya, yang termasuk dalam penilaian dari dosen penguji adalah masalah teknik penulisan. Simpel saja alasannya, bahasa bukan sekedar aksesori atau hiasan, tapi ia merupakan alat untuk menyampaikan pesan atau satu informasi. Yang mana secara pastinya, bahasa itu haruslah baku, standar sehingga tidak semrawut, dan bisa dinilai secara lebih obyektif.
Media informasi apapun jenis dan bentuknya, mempunyai tanggung jawab yang lumayan dalam melakukan edukasi terhadap masyarakat. Termasuk, tentang sosialisasi masalah bahasa. Meskipun, gak bisa sepenuhnya dijadikan acuan yang pakem.
Nah...satu kali pas lagi dapat order pengetikan, (ini dua gambar yang disisipkan di hasil ketikan waktu itu....)
diminta nulis kalimat yang ada kata "kualitas" nya, sementara di bagian lain, diminta untuk nulis kalimat yang ada kata "kwalitas" nya. Karena penasaran, mana diantara dua kata itu yang baku dalam bahasa Indonesia, langsung masuk google sembari masukin kata itu dalam kotak ajaib............,klik!!!...dan ternyata..... Baik kualitas maupun kwalitas sama-sama ada di google. Cuma waktu itu gak sempat lihat ada berapa "posting" berisi masing-masing kedua kata itu.
Dua kata yang gak sama penulisannya, tapi sama pengucapannya....
